makalah PAI_Manusia dalam Pandangan Agama
Manusia dalam Pandangan Agama
Dosen Pengampu: Ali Shodiqin
Disusun oleh :
Ø
NINIK NUZULUL HIDAYAH : 17033006
Ø ERNANDA TYAS AYUNINGRUM: 17033004
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
FAKULTAS
KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
2017
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan
juga kami berterima kasih pada Aba Ali Shodiqin, selaku Dosen mata
kuliah pendidikan agama islam yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama Islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan tema. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa akan datang.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama Islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan tema. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa akan datang.
Lamongan, 18 Oktober 2017
Penulis
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan
sangat menarik.karena semakin dikaji semakin terungkap betapa banyak hal-hal mengenai
manusia yang belum terungkapkan. Dan dikatakan menarik karena manusia sebagai
subjek sekaligus sebagai objek kajian yang tiada henti-hentinya terus dilakukan
manusia khusunya para ilmuwan. Oleh karena itu manusia telah menjadi sasaran
studi sejak dulu, kini dan kemudian hari. Para ahli telah mengkaji
manusia menurut bidang studinya masing-masing, dan sampai sekarang para
ahli belum mencapai kata sepakat tentang manusia. Ini terbukti dari banyaknya
penamaan manusia, misalnya homo sapien ( manusia berakal ), homo economicus (
manusia ekonomi ), yang kadang kala disebut economic animal ( binatang economi
), dan sebagainya.
Manusia dalam pandangan Islam terdiri
atas dua unsur, yakni jasmani dan rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang
berasal dari unsur unsur saripati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan
substansi immateri berupa ruh. Ruh yang bersifat immateri itu ada dua daya,
yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak, serta daya rasa (kalbu).
Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.
Seperti
yang dinyatakan Allah didalamAl-Quran :
Artinya :
“ Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah
orang-orang yang lalai. ” (QS.Al-A’raf 7:179)
Sesunguhnya manusia itu diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna dan bagus,
dan manusia diciptakan sebagai kholifah Allah di Bumi, dan telah dijadikan Bumi
seisinya untuk tunduk kepada manusia.
Allah
Befirman :
Artinya :
"Sungguh
Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna" (Q.S
At-Tiin:5)
Untuk pengetahuan telah
membuktikan bahwa benar adanya jika manusia itu sebenarnya dari tanah. Tanpa
adanya tanah tidak mungkin manusia bisa tumbuh. semua makanan yang ada, pada
awalnya adalah dari tanah.
1. Mengetahui
asal usul manusia dalam
pandangan agama.
2. Mengetahui pengertian dari kata
Basyar – Kholifah.
3. Mengetahui pengertian dari kalimat Hamba
Allah.
Manfaat yang bisa kita
ambil dari penulisan makalah yang berjudul “Manusia dalam Pandangan Agama” ini yaitu
pembaca diharapkan bisa mengetahui dan mempelajari tentang bagaimana manusia
diciptakan oleh Allah SWT mulai dari sari pati tanah hingga menjadi wujud
manusia sempurna daripada makhluk ciptaan-NYA yang lain.
Adapaun
beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain, sebagai
berikut:
1. Bagaimana asal
usul manusia dalam pandangan agama ?
2. Apa maksud dari kata Basyar -
Kholifah?
3. Apa maksud
dari kalimat Hamba Allah?
Manusia
diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah,
dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki
berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang
telah diberikan Allah Swt.
Al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian
manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai
prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat
Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah
7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien,
Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan
Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun
tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara
rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara
bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa
manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak
pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara
tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci
namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari
tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah,
berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah
berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu
pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan
lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang
pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia
merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka
bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia
diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah.
Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan
secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat
membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang
sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi
biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari
sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat
yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para
manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang
sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan
dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk
lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang
diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya
penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan
karunia dari Allah SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada
di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah
menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga
telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah
telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas
kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang
telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta
derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu
sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan
berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah
merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang
dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia
tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh
dilewati.
Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup.
Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup
lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan,
istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya,
merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk
memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta.
2.2
Pengertian Basyar – Khalifah

Kata basyar terambil dari akar kata
yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar
kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar
karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan kulit makhluk yang lain.
Dengan demikian
istilah basyar merupakan gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat,
memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Manusia dalam pengertian ini disebutkan di dalam al-Qur’an sebanyak 35 kali
dalam berbagai surat 25 kali diantaranya berbicara tentang “kemanusiaan” para
rasul dan nabi, 13 ayat di antaranya menggambarkan polemik para rasul dan nabi
dengan orang-orang kafir yang isinya keengganan mereka terhadap apa yang dibawa
oleh para nabi dan rasul, sebab menurut mereka nabi dan rasul adalah manusia
biasa seperti mereka.Diantaranya terdapat dalam surat al-Abiya’: 2-3, al-kahfi:
110, Ibrahim: 10, hud: 26, al-Mukminun: 24 dan 33, as-Syu’ara’: 93, yasin: 15,
Al-Isra: 93 dan lain-lain. Dalam ayat-ayat tersebut terlihat bahwa manusia
dalam arti basyar adalah manusia dengan sifat-sifat kematerianya.
·
Al-basyar dapat diklasifikasikan menjadi 6
bagian, yaitu:
1. Menggambarkan Dimensi Fisik Manusia
Ada satu ayat yang menyebutkan basyar dalam
pengertian kulit manusia, yaitu (Neraka Saqar) akan membakar kulit
manusia/lawwahah li al-basyar (Q.S Al Muddathir : 27-29)
2. Menyatakan Seorang Nabi adalah Basyar
Ada 23 ayat yang menyatakan bahwa kata basyar
dipakai oleh Alquran yang berhubungan dengan dengan Nabi dan kenabian, dan 12
diantaranya menyatakan bahwa seorang nabi adalah basyar, yaitu secara lahiriah
mempunyai ciri yang sama yaitu makan dan minum dari bahan yang sama. Antara
lain dinyatakan, bahwa para pemuka orang-orang yang kafir dan mendustakan akan
menemui hari akhirat: basyar mitslukum
(Q.S Surat Al Mu’minun:33-34, Ibrahim : 10-11, Al
Kahfi: 110, Al Anbiya: 3, Al Mu’minun: 24, Ash Syuara: 154 & 186, Yaasiin:
15, Fussilat: 6 dan Al Hud: 27). Basyar mitslukum tersebut ditafsirkan oleh
al-Naisaburi sebagai Adami atau anak keturunan Adam yang tidak punya kelebihan
apapun atas anak Adam (manusia) lainnya. Namun ayat ini jelas hanyalah klaim
orang-orang kafir.
3.Menyatakan tentang Kenabian
Ayat yang menyatakan kata basyar dipakai oleh
Alquran dalam kaitannya dengan kenabian sebanyak 11 buah, Tidak wajar bagi
seorang manusia (basyar) yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah dan
kenabian, lalu ia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah” (Q.S. Ali Imran: 79. Al An’am: 91,
As Syuara: 51, Al Muddathir: 31, Yusuf: 31, Al Isra’: 93-94, Al Mu’minun: 34,
dan Al Qamar: 24). al-Thabathaba’i (1972: 275) menafsirkan, tidak patut bagi
seorang manusia (dalam hal ini Nabi) yang diberikan Tuhan karunia yang
berlimpah, lalu memproklamirkan dirinya agar disembah, hanya karena ia
diberikan al-Kitab, hikmah dan kenabian.
4. Menunjukkan Persentuhan Laki-laki dan
Perempuan
Ada 2 ayat yang menyebutkan kata basyar dalam
kaitannya dengan per-sentuhan antara laki-laki dan perempuan. Maryam berkata:
“Bagaimana mungkin akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusia (wa lam yamsasni basyar) pun menyentuhku, dan akan bukan pula
seorang pezina” (Q.S. Maryam: 20, Ali Imran: 47). Lam yamsasni basyar,
ditafsirkan oleh al-Naisaburi dengan tidak pernah seorang suami pun
mendekatiku, wa lam aku baginya, bukan pula seorang lacur (mendekatiku), dan
aku sendiri bukan seorang pezina. Seorang anak tidak mungkin ada kecuali dari
(hubungan) suami isteri atau berzina (al-Naisaburi, 1994: 180).
5. Menggambarkan Manusia pada umumnya
Alquran yang menggunakan kata basyar dalam
pengertian manusia pada umumnya sebanyak 5 ayat, antara lain: “Ini tidak lain
hanyalah perkataan manusia” In hadza illa qawl al-basyar (Q.S. Al Muddathir: 25, Maryam: 17, Al Muddathir:
36, Maryam: 26).
6. Menyatakan proses penciptaan dari tanah
Di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembang biak/basyar tantasyirun (Q.S. Ar Ruum: 29. Sad: 71, dan Al Hijr:
28). Dia menciptakan kamu dari tanah, dimaksud adalah basyar (manusia),
kemudian menjadi manusia yang terdiri dari daging dan darah yaitu keturunannya
yang tersebar di permukaan bumi (al-Naisaburi, 1994: 431)
7. Menunjukkan manusia akan menemui kematian
Alquran yang menerangkan kata basyar dalam
pengertian semua manusia akan menemui kematian hanya 1 ayat, yaitu: Kami tidak
menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (wa ma ja’alna li
basyar min qablik al-khuld), maka jikalau kamu (Muhammad) mati, apakah mereka
akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Q.S. Al Anbiya:
34-35).

Secara bahasa,
menurut KBBI, hamba artinya
(1) abdi; budak belian, (2) saya. Hamba Allah menurut KBBI = manusia.
Dalam bahasa Arab, hamba Allah disebut Abdullah ('Abd Allah). Hamba ('abid) artinya orang yang mengabdi atau orang yang beribadah --dari akar kata 'abada-ya'budu-'abid.
Dengan demikian, hamaba Allah artinya manusia, seseorang, atau bisa siapa. Yang jelas, penggunakan nama "hamba Allah" dalam daftar donasi atau infak-sedekah dimaksudkan untuk menyembunyikan identitas agar terhindar dari riya'.
Semua manusia adalah hamba Allah. Harus menghamba, menyembah, mengabdi, beribadah, atau tunduk pada aturan Allah SWT (Syariat Islam).
Dalam bahasa Arab, hamba Allah disebut Abdullah ('Abd Allah). Hamba ('abid) artinya orang yang mengabdi atau orang yang beribadah --dari akar kata 'abada-ya'budu-'abid.
Dengan demikian, hamaba Allah artinya manusia, seseorang, atau bisa siapa. Yang jelas, penggunakan nama "hamba Allah" dalam daftar donasi atau infak-sedekah dimaksudkan untuk menyembunyikan identitas agar terhindar dari riya'.
Semua manusia adalah hamba Allah. Harus menghamba, menyembah, mengabdi, beribadah, atau tunduk pada aturan Allah SWT (Syariat Islam).

"Wahai manusia ! Sembahlah olehmu akan Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu terpelihara (bertakwa)" (QS Al-Baqarah:21).
Menurut Tafsir Al-Azhar, di ayat 21 kita (manusia) disuruh menyembah Allah. Itulah Tauhid Uluhiyah; penyatuan tempat menyembah. Sebab dia yang telah menjadikan kita dan nenek-moyang kita; tidak bersekutu dengan yang lain. Itulah Tauhid Rububiyah.
Ibnu Taimiyah berkata: “Kesempurnaan makhluk (manusia) adalah dengan merealisasikan al-‘ubudiyyah (penghambaan diri) kepada Allah"
Penghambaan diri kepada Allah SWT (‘Ubudiyyah) adalah kedudukan manusia yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Dalam kedudukan ini, seorang manusia benar-benar menempatkan dirinya sebagai hamba Allah.

“Wahai manusia, kamulah yang bergantung dan butuh kepada Allah; sedangkan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (QS Faathir: 15)
Demikian sekilas pengertian hamba Allah secara bahasa dan istilah. Penggunan nama "hamba Allah" agar terhindar dari riya'.
Islam mengajarkan agar jika kita bersedekah atau berbuat baik, hendaknya ikhlas karena Allah semata, tidak muncul hasrat ingin dipuji atau disanjung manusia dengan memamerkannya.Wallahu a'lam bish-shawab.

Kata
berasal dari kata “khalf” (menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf” (orang
yang datang kemudian) sebagai lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu).
Sedangkan arti khilafah adalah menggantikan yang lain, adakalanya karena tidak
adanya (tidak hadirnya) orang yang diganti, atau karena kematian orang yang
diganti, atau karena kelemahan/tidak berfungsinya yang diganti, misalnya Abu
Bakar ditunjuk oleh umat Islam sebagai khalifah pengganti Nabi SAW, yakni
penerus dari perjuangan beliau dan pemimpin umat yang menggantikan Nabi SAW.
setelah beliau wafat, atau Umar bin Khattab sebagai pengganti dari Abu Bakar
dan seterusnya; dan adakalanya karena memuliakan (memberi penghargaan) atau
mengangkat kedudukan orang yang dijadikan pengganti. Pengertian terakhir inilah
yang dimaksud dengan “Allah mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi”,
sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Fathir ayat 39, Q.S. al-An’am ayat 165.
Manusia adalah makhluk yang termulia di antara
makhluk-makhluk yang lain (Q.S. al-Isra’: 70) dan ia dijadikan oleh Allah dalam
sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik maupun psikhisnya (Q.S. al-Tin: 5),
serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar
(fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui
proses pendidikan. Karena itulah maka sudah selayaknya manusia menyandang tugas
sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Tugas
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut tugas
mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61), serta mewujudkan
keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah : 16), dengan
cara beriman dan beramal saleh (Q.S. al-Ra’d : 29), bekerja-sama dalam
menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan kesabaran (Q.S. al-’Ashr
: 1-3). Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari
Allah sejak manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang akan datang,
dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya (’abdullah).
Tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut:
tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri; tugas kekhalifahan dalam
keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan dalam masyarakat; dan tugas kekhalifahan
terhadap alam.
Tugas
kekhalifahan terhadap diri sendiri meliputi tugas-tugas: (1) menuntut
ilmu pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43), karena manusia itu adalah makhluk yang
dapat dan harus dididik/diajar (Q.S. al-Baqarah: 31) dan yang mampu
mendi¬dik/mengajar (Q.S. Ali Imran: 187, al-An’am: 51); (2) menjaga dan
memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya dan
kesengsaraan (Q.S. al-Tahrim: 6) termasuk di dalamnya adalah menjaga dan
memelihara kesehatan fisiknya, memakan makanan yang halal dan sebagainya; dan
(3) menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata
khuluq atau khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq merupakan
bentuk lahir/ jasmani. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan manusia terdiri atas
gabungan dari keduanya itu yakni jasmani (lahir) dan rohani (batin). Jasmani
tanpa rohani adalah benda mati, dan rohani tanpa jasmani adalah malaikat.
Karena itu orang yang tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia sama halnya
dengan jasmani tanpa rohani atau disebut mayit (bangkai), yang tidak saja
membusukkan dirinya, bahkan juga membusukkan atau merusak lingkungannya.
Tugas
kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas membentuk rumah tangga
bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah dan mawaddah wa rahmah/cinta kasih
(Q.S. ar-Rum: 21) dengan jalan menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai
suami-isteri atau ayah-ibu dalam rumah tangga.
Tugas
kekhalifahan dalam masyarakat meliputi tugas-tugas : (1) mewujudkan persatuan
dan kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10 dan 13, al-Anfal: 46); (2) tolong
menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2); (3) menegakkan
keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa’: 135); (4) bertanggung jawab terhadap
amar ma^ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran: 104 dan 110); dan (5) berlaku baik
terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di dalamnya adalah para fakir
dan miskin serta anak yatim (Q.S. al-Taubah: 60, al-Nisa’: 2), orang yang cacat
tubuh (Q.S. ’Abasa: 1-11), orang yang berada di bawah penguasaan orang lain dan
lain-lain.
Sedangkan
tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi tugas-tugas: (1)
mengkulturkan natur (membudidayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar
dibudidayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan
hidup manusia; (2) menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau
hasil karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai
merusak alam atau lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan malapetaka bagi
manusia dan lingkungannya; dan (3) mengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya),
yakni dalam berbudaya harus tetap komitmen dengan nilai-nilai Islam yang
rahmatan lil-’alamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga,
cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan mene-mukan
kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran
Ilahi.
Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah harus mampu mengemban amanah
dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi. Manusia
sebagai makhluk Allah mempunyai dua tugas utama, yaitu: (1) sebagai
’abdullah, yakni hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan
dan KehendakNya serta mengabdi hanya kepadaNya; dan (2) sebagai khalifah Allah
di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri
sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan
terhadap alam.
Manusia
diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah,
dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki
berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang
telah diberikan Allah Swt.
Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam
istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat
diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure
kimiawi yang terdapat dari tanah. Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan
jika dibandingan denagn makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri
anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua
potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan
potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia
sebagai makhluk dan khalifah di bumi.
BAB
IV
Konsep manusia sebagai basyar, abdun dan
khalifah Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti
manusia, yaitu kata insan, kata basyar dan kata Bani Adam. Kata insan dalam
al-Qur’an dipakai untuk manusia yang tunggal, sama seperti ins. Sedangkan untuk
jamaaknya dipakai kata an-nas, unasi, insiya, anasi. Adapun kata basyar dipakai
untuk tunggal dan jamak
Di
sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menggunakan kata basyar
yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui
tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan
Dari pengertian insan dan basyar, manusia
merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psihis yang
memiliki potensi untuk berkembang. Al-Qur’an berulangkali mengangkat derajat
manusia dan berulangkali pula merendahkan derajat manusia. Manusia dinobatkan
jauh mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaikat. Allah juga
menetapkan bahwa manusia dijadikan-Nya sebagai makhluk yang paling sempurna
keadaannya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Allah sendirilah yang
menciptakan manusia yang proporsional [adil] susunannya.
Masjkoery, A. Qohar. et al. 2003. Pendidikan Agama
Islam. Jakarta:Gunadarma
Ilmu Dari
Islamwiki (2009,29 januari ) , https://unneyney.wordpress.com/2013/05/07/basyar-abdun-dan-khalifah/.
Al-Quran dan
terjemahan ( 2010,5 agustus )Al-Quran dan terjemahan surah almuminun’.Diperoleh1Oktober2016, dari http://alqurandanterjemahan.wordpress.com/2010/08/24/surah-al-mukminun-dan-terjemaha,
www.risalahislam.com
Comments
Post a Comment